Urusan
kantor selalu menyita waktu ku. Aku sering terlambat makan karena harus
mengurus berkas yang menumpuk dimeja. Aku bekerja di salah satu rumah sakit
swasta di jakarta. Aku bekerja bagian perkantoran rumah sakit ini. Ya bagaimana
tidak sibuk, rumah sakit kan selalu buka 24 jam. untuk berleha-leha pun susah.
Kriiiing.. suara telepon dimeja ku berdering. “halo, dengan khanza disini. Ada
yang bisa..” belum selesai aku bicara, orang yang ada di telepon ini memotong
dengan cepat “tolong antarkan berkas pasien atas nama ibu merry sastro handoyo
sekarang keruangan saya”. “maaf saya
tidak tau harus diantar kemana, karena saya tidak tau saat ini saya bicara
dengan siapa” ucap ku kepadan. “saya dokter thomas, saat ini saya sangat butuh
berkas pasien yang tadi saya beritau kepada anda. Tolong antarkan ke klinik
umum sekarang.” Jawabnya kepadaku “maaf dok saya tidak mengenal anda,
sebenarnya anda ini siapa kenapa anda ada diruang klinik umum. Seharusnya saat
ini jadwal praktek dokter miranda”. Tanyaku dengan bingung. Tetapi orang ini
menjawab dengan ketus “anda ini banyak tanya, apa setiap anda bekerja selalu
bertanya dengan detil? Bagaimana jika pasien ini dalam keadaan sekarat? Apa
anda mau mengantarnya jika surat kematian sudah dibuat?” kaget dengan ucapan orang
itu langsung saja aku menjawab “aaah... itu.. bbaik dok maafkan saya. Akan
segera saya antar sekarang juga”
Dalam
perjalanan lorong rumah sakit ini aku berfikir sebenarnya siapa dia? Apa dia
anak dokter miranda yang sekolah di amerika? Kenapa bicaranya ketus sekali. Apa
dia tidak diajarkan sopan santun oleh orang tuanya?. Setelah aku tiba di depan
pintu klinik umum, langsung saja aku ketuk pintunya. Kemudian terdengar suara
dari dalam “ya, masuk”. Tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku
langsung saja aku letakan berkasnya di meja dokter. Sambil aku mencuri pandang
ke wajah dokter ini. Ya memang benar aku belum pernah melihat orang ini. Pantas
saja aku tidak mengenalnnya. Wajahnya cukup lumayan lah, tapi cara bicaranya
tadi di telepon membuat aku tidak suka dengan dia. Saat aku mengamati wajahnya
tina-tiba saja dia melihat ku. Aku kaget, panik, dan malu. Langsung saja aku
pergi dari ruangang itu.
Saat
ini jam istirahat siang. Tapi aku sempat untuk makan siang. Padahal perutku
sudah memaksa untuk diisi makanan. Baiklah setelah aku mengumpulkan berkas dari
semua klinik baru aku makan siang. Ruang demi ruangan aku masuki. Tidak mudah
membawa berkas dalam jumlah banyak. Berkas ini mengalihkan pandangan ku,
sehingga aku sulit untuk melihat jalan yanga ada di depan ku. Tiba-tiba
bruuuuk!!! Aw sakit sekali. Aku tersungkur. Semua berkas yang ada di tanganku
berceceran di lantai. Ternyata tadi aku menabrak seseorang. Orang itupun juga
juatuh didepanku. Saat orang itu bangun dan berjongkok untuk baru aku tau
ternyata dia dokter yang tadi. “oh manusia ketus ini” batin ku. “tidak ada kata
maaf yang keluar dari mulutnya. Dia hanya membantu aku mengumpulkan berkas yang
ada dilantai. Setelah itu dia letakan di lantai dibawah kakiku, kemudia dia
pergi tanpa pamit. Waah hebat sekali seseorang yang berpendidikan bersikap
seperti tidak pernah merasakan bangku sekolah.
***
Setelah
pulang bekerja aku mampir sebentar ke coffee shop dekat rumah ku. Sepertinya
aku butuh rilex hari ini. Setelah hot vanilla late di tangan ku. Aku mencoba
mencari tempat duduk didalam toko ini. Tetapi tidak ada yang kosong. Akhirnya
aku putuskan mencari di luar. Termata sama saja. “Haaah... kenapa hari ini
sangat sial” ucapku dalam hati. “duduk disini aja gue sendirian kok” .aku kaget
dengan orang yang berbicara di samping ku. Ternyata manusia itu. “kenapa lo?
dendam sama gue gara gara tadi lo nabrak gue? Harusnya gue yang marah sama lo.
selow aja sama gue mah” ucap orang itu dengan senyum kepadaku. entah kenapa
melihat senyumnya itu aku menerima tawarannya. Kami duduk berhadapan. Dan kami
saling bercerita. Ternyata dia tidak seburuk apa yang aku pikir sebelumnya. Dia
sangat ramah. Dia bilang dia anak dokter miranda, hari ini dia membantu ibunya
karena ibunya ada urusan penting. Gaya bicaranya seperti anak muda pada
umumnya. Selengean tapi sangat hangat. Pandangan aku tentangnya berubah
seketika. Tidak terasa sudak 4 jam aku berbincang-bincang dengan dia. Waktu
menunjukan pukul 7 malam. Saatnya aku pamit dengannya. Dia bilang dia akan
mengantarkan aku pulang. Awalnya aku menolak, tapi dia sedikit memaksa akhitnya
aku terima. Yah lumayan hemat 2000 rupiah. Dia bilang di kota jakarta ini belum banyak orang yang dia kenal dan
daerah yang dia tau. Mangkanya dia ingin mngantar aku pulang katanya sekalian
menghafal jalan kota jakarta.
***
Hari
ini aku libur. Tapi aku sudah janji untuk mengantar thomas melihat pameran di
daerah kuningan. Entahlah kenapa kami semakin akrab. Bahkan semakin dekat dari
waktu ke waktu. Saat aku sedang bersama dengan thomas. Tiba-tiba hp ku
berdering. Aku lihat nama di layar hp ku bertuliskan nama radit. Dia adalah
mantanku. Tapi bukankah dia di penjara karena kasus narkoba? Tanya ku dalam
batin. Aku coba mengangkat teleponnya dan menjauh dari thomas beberapa meter.
Dan benar saja itu suara radit. Dia bilang dia ingin bertemu dengan ku. Aku
menolak dengan mentah-mentah. Tapi dia memaksanya, bahkan mengancam jika aku
tidak menuruti permintaannya dia akan menghancurkan keluargaku. Terpaksa aku
menurut. Aku dengan radit putus tidak dengan cara baik-baik. Sebelum dia
tertangkap tangan sedang pesta narkoba di apartemennya aku memergoki dia
selingkuh dengan wanita lain di salah satu mall. Awalnya dia tidak mau
mengakuinya tapi akhirnya dia berkata “ya memang itu semua benar”. Setelah itu
kami tidak berkomunikasi. Sampai pada akhirnya aku mendengar kabar jika ia
tertangkap sedang memakai narkoba. Aku bingung kenapa sekarang ia mencari ku. Apa
dia ingin menjelaskan soal selingkuhannya? Ah akurasa tidak mungkin.
Saat
thomas ingin mengantarkan aku pulang aku berbohong dengannya bahwa aku harus
kerumah tante ku untuk bertemu dengan sepupu ku yang tinggal di luar kota.
Semua itu aku lakukan karena aku terpaksa ingin menemui radit. Dia bilang dia
sudah menunggu ku di lapangan basket tempat dulu dia menyatakan cintanya kepada
ku. Aku heran kenapa dia memilih tenpat itu. Menurutku untuk jam 8 malam ini
tempat itu sepi sekali, ditambah dengan ruangannya yang indoor. Setibanya
disana aku sudah melihat sosok radit yang sedang duduk di bangku penonton. “akhirnya
kamu datang juga”. “mau apa kamu bertemu dengan ku?” tanyaku kepadanya. “aku
masih sayang sama kamu, aku mau kita . Kita seperti dulu”. Ucapanya kepada ku
membuat aku kaget. “maaf aku tidak bisa, aku rasa kamu bisa mendapatkan orang
yang lebih baik dari aku” tentu saja aku menolaknya dengan cepat. “kamu terlalu
cepat untuk menolaknya. Lebih baik kamu fikir dulu.” Ucapnya kepada ku sambil
memegang tangan ku. Tapi aku segera menampisnya dan juga menolak ucapan
cintanya dengan sopan, aku takut dia tersinggung dengan ucapan ku. Dia memaksa
ku dan meyakinkan aku tidak akan mengulangi kesalahan dahulu yang ia buat
sambil menggoyang-goyangkan pundak ku dengan keras. Aku tetap mengatakan tidak
bisa. Tapi cengkramannya semakin keras. Entahlah setan apa yang merasuki
dirinya. Dia malah berbuat kasar kepada ku. Dia menampar ku, menjatuhkan ku ke aspal, tapi dia masih
memaksa dengan mengatakan cintanya. Ini gila, aku rasa dia sakit jiwa. Dia
melakukan itu berkali-kali. Aku menangis tapi dia tidak perduli. Aku mencoba
lari tapi pada akhirnya tertangkap juga. Aku berteriak tapi tidak ada yang
menolongku. Sampai suatu ketika terdengar suara teriakan seorang pria.
“hentikan!!!”. Saat aku ingin melihat sosok pria itu tiba-tiba semuanya buram.
Setelah itu aku tidak tau lagi apa yang terjadi. Semua hening tanpa suara.
Rupanya
aku pingsan tadi. Saat ini aku sudah berada di apartmen thomas. Ia tinggal
disini sendiri. Ia memilih tinggal pisal dengan keluarganya karena ia ingin
mandiri. “kenapa kamu bisa tau aku ada di lapangan basket tadi?” tanya aku
kepadanya. “sebenarnya aku mengikuti kamu. Saat kamu masuk ke dalam lapangan
indoor hp aku bunya. Aku takut ketauan kamu kalau aku ngikutin kamu. Mangkanya
aku agak ngejauh dari ruang indoor itu. Setelah aku sudah selesai menelepon
tiba-tiba aku dengar kamu berteriak. Aku langsung masuk ke sana. Saat itu Aku
heran apa yang akan kamu lakukan disana. Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya
thomas kepada ku. Awalnya aku malas untuk menceritakannya karena aku masih
merasa sakit, tapi dengan pelan-pelan aku jelaskan kepadanya. dia mendengarkan
ceritaku dengan seksama. Ada ketulusan disana saat aku melihat matanya.
Tiba-tiba suasana menjadi kaku, mungkin karena kami kehabisan bahan obrolan.
Langsung saja aku mengajak dia mengobrol sambil menikmati secangkir kopi.
Awalnya aku ingin membuatkan kopi tapi dia bilang biar dia saja, dan menyuruh
aku menunggu di teras apartemennya.
Suasana
disini sangat romantis. Aku berada di teras apartemen dari lantai 25. Disini
aku bisa melihat indahnya jakarta di malam hari. Saat aku sedang duduk sambil
menikmati pemandangan lampu jakarta thomas menyodorkan kopi yang ada di
tangannya. Setelah aku mengucapkan terimakasi dia bertanya apakah aku senang
berada disini. Aku jawab “tentu saja, pemandangan disini sangat indah”. Aku
bertanya kepada dia kenapa dia tidak membawa ku kerumah sakit saja. Dan dia
menjawab “untuk apa? Aku ini kan seorang dokter juga. Lagi pula aku ingin
merawat kamu sendiri”. Jawaban yang membuat aku melayang. Aku takut saat itu
aku sedang melayang terbawa angin maklum saja di ketinggian 25 lantai ini
anginnya sangat kencang. kemudian Dia melanjutkan pembicaraan tadi “aku mau
disaat aku membuka mata di pagi hari bisa melihat kamu. Dan aku mau setiap
malam kita bisa menikmati pemandangan indah ini.”. oh my god pembicaraan apa
lagi ini. Hatiku sangat dag dig dug mendengar kata-kata itu. Aku takut dia akan
mendengar irama jantungku saat ini. Aku
hanya menjawab dengan tawa yang agak chrispy sambil meletakan kopi di meja
depan ku yang aku genggam tadi “hahaha... maksudnya?” aku bingung harus berkata
apa tuhaaaan. “aku mencintaimu, kamu mau jadi istri ku?. Aku tidak mau kita
pacaran karena itu tidak pasti. Aku mau sebuah hubungan yang pasti. Aku butuh
jawaban dari kamu sekarang.”. aku terharu mendengar ucapan yang keluar dari
bibir thomas itu. Setengah tidak percaya, aku mencoba mencubit tangan ku
sendiri sebelelum menjawabnya. “aku serius dan ini bukan mimpi, untuk apa kamu
mencobit tangan mu sendiri”. “aku Cuma mau memastikan aja. Daaan... aku bersedia
menjalani hari-hari aku bersama kamu” aku menjawab dengan senyuman. Dan dia pun
membalas senyumku. Kemudian dia meletakan kopi yang dia genggam. Dan segera
memeluk ku erat-erat.
Bagraound
song “untuk mu aku bertahan”. Tenanglah kekasih ku, ku tahu hatimu menangis.
Beranilah tuk percaya semua ini pasti berlalu. Meski takan mudah namun kau
takan sendiri. Ku ada disini... untukmu aku akan bertahan, dalam gelap takan
kutinggalkan. Engkaulah teman sejatiku. Kasihku di setiap hariku......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar