1.1
Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang
mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu).
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan
suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan
benar.
Pentingnya
model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat
tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan
dipecahkan diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai
hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3.Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat
hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk
matematika.
4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan
keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan
dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model,
situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan
hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan
penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan
keputusan.
Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara
untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa
klasifikasi saja. Klasifikasi model
dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut:
1.Tujuannya :
model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain
sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.Bidang
penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model
tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan,
dan sebagainya.
3.Tingkatannya
(level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.Ciri waktunya
(time character) : model statis dan model dinamis.
5.Bentuknya
(form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik,
dan sebagainya.
6.Pengembangan
analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7.Kompleksitas
(complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model
keseluruhan, dan lain-lain.
8.Formalisasi
(formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu
dibicarakan juga.
Quade membedakan model ke dalam dua tipe,
yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini
adalah model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan
dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan,
atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa
program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan
secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis
dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas
asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model
kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi
asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif
mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model
pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti
itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).
3. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya
model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
member hasil tertentu (the concept of probability and expected value).
Adapun yang
dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu
peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya kartu
bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki
kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan
1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-masing sisi hanya
memiliki kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan
probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan
langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel
itu sendiri merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh
setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah 1/6 itu merupakan sebagian dari
seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk dadu adalah
6).
1.2
Tipe Proses Pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan
pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari
pengambilan keputusan, yakni:
Pengenalan masalah (problem
recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas
permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul,
konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. Pencarian informasi
(information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan
termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
melalui pencarian informasi.Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam
memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
Mengevaluasi alternatif
(alternative evaluation).Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi,
konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapinya.Keputusan pembelian (purchase decision).Setelah konsumen
mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat
keputusan pembelian.Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan
pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
Evaluasi pasca pembelian
(post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen
tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.Setelah membeli
produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai
dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.
Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan
selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa
depan.Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak
sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di
masa depan.
1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemecahan Masalah
Konsumen menggunakan pemecahan masalah
yang terbatas ketika mereka melakukan sedikit usaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Hal ini sering dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk
yang telah mereka gunakan sebelumnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jangkauan pemecahan masalah :
1.Alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang
relevan, misalnya pembelian rumah, alternatif pemilihan adalah lingkungan rumah
(bersih, tidak banjir, dekat kota atau mudah transportasi), bahan baku, harga
(cicilan rendah dan lama).
2.Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang
mendalam untuk membeli produk.
3 Terdapat tingkat keterlibatan (relevansi pribadi)
yang tinggi yang menyertai pembelian.
Terdapat 5
faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.Motivasi
(motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.Persepsi
(perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap
rangsangan tersebut.
3.Pembentukan
sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.Integrasi
(integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.
5.Integrasi
merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong
seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad
seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
1.4
Pembelian
Struktur Keputusan Membeli
Struktur keputusan membeli
penting,karena sesudah menetukan kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk
tertentu, konsumen diharapkan untuk memunculkan keputusan untuk membeli. Ada
tujuh struktur keputusan membeli yang mempengaruhi konsumen
1. Keputusan
tentang jenis produk
Konsumen dapat memutuskan untuk
membelanjakan uangnya untuk membeli produk X atau tujuan lain selain melakukan
pembelian. Para pemasar harus memusatkan perhatian pada konsumen yang
diharapkan memutuskan untuk untuk membeli produk X dari alternatif lain yang
mereka pertimbangkan uangnya untuk membeli komputer atau keperluan lain
(membeli kamera, pakaian, dan buku)
2. keputusan
tentang jenis produk
Konsumen memutuskan untuk membeli
produk X dengan bentuk tertentu (ukuran, mutu, corak,dan sebagainya). Perusahaan
harus menggunakan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen (untuk
memaksimumkan daya tarik merk produk X, misalnya mahasiswa tersebut menentukan
karakteristik dari komputer yang diinginkan yaitu laptop, Pentium 120,
kemampuan memproses cepat, fasilitas lengkap (baterai, CD drive, mouse)
3. keputusan
tentang merek
Konsumen memutuskan merk yang akan
diambil. Perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
Misalnya berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa tersebut memilih untuk
mendapatkan komputer merk acer.
4. keputusan
tentang penjualan
Konsumen memutuskan dimana akan
membeli (toko serba ada, elektronik, toko khusus dan lain-lain, perusahaan (
termasuk pedagang besar, pengecer) Harus mengetahui bagaimana konsumen memilih
penjual tertentu. Misalnya mahasiswa tersebut mempunyai pilihan membeli di toko
elektronik, toko khusus komputer atau agen tertentu. Disamping pertimbangan
harga, ia mempertimbangkan pula layanan yang didapat baik pada waktu membeli
layanan purna jual.
5. Keputusan
tentang jumlah produk
Konsumen memutuskan jumlah produk
yang akan dibeli. Perusahaan harus mempertimbangkan banyaknya produk tersedia
untuk konsumen sesuai keinginan konsumen yang berbeda-beda.
6. keputusan
tentang waktu pembelian
Konsumen memutuskan kapan harus
membeli (kapan uang/kesempatan tersedia). Perusahaan harus mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam penentuan waktu pembelian, yang
juga mempengaruhi perusahaan dalam mengatur waktu produksi, pemesanan,
periklanan dan sebagainya.
7. Keputusan
tentang cara pembayaran
Konsumen memutuskan mode
pembelanjaan yang disukainya, perusahaan harus mengetahui hal ini yang akan
mempengaruhi dalam penawaran pembayaran (discount untuk tunai, kemudahan
kredit, bunga rendah, dan lain-lain).
1.5
Diagnosa Perilaku Konsumen
Pemahaman akan
perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,yaitu
1.untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik,
misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk
menarik pembeli.
2.perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan
membuat kebijakan publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak
menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan
harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
3.pemasaran sosial (social marketing), yaitu
penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam
menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan
efektif.
Terdapat tiga
pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.
1.Pendekatan
pertama adalah pendekatan interpretif.
Pendekatan ini menggali secara
mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan
melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna
sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami
konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
2.Pendekatan
kedua adalah pendekatan tradisional
yang didasari pada teori dan metode
dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu
sosiologi.Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk
menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui
eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana
seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh
lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen
3.Pendekatan
ketiga disebut sebagai sains marketing
yang didasari pada teori dan metode
dari ilmu ekonomi dan statistika.Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan
dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing
terhadap pilihan dan perilaku konsumen.Ketiga pendekatan sama-sama memiliki
nilai dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen serta strategi marketing
dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar